Melonjaknya harga daging sapi segar yang tembus hingga Rp130 ribu membuat pedagang bakso terancam bangkrut. Untuk Paguyuban Pedagang Mie dan Bakso menggelar audensi dengan Kementerian Koperasi & UKM RI.
Pasca mogok jualan oleh pedagang daging sapi se-Jabodetabek, permasalahan harga daging sapi di lapangan, masih tinggi. Hal tersebut membuat ribuan pedagang Bakso terancam gulung tikar, akibat mahalnya harga daging sebagai bahan baku utama jualan mereka. Sementara pedagang tidak bisa menaikkan harga jual karena daya beli masyarakat yang rendah dan turun drastis akibat dari Pandemic Covid 19.
“Masa penerapan PSBB dan PPKM yang diterapkan oleh pemerintah saja, sudah membuat omzet/rejeki para pedagang bakso turun Hingga 50%. Apalagi ditambah dengan mahalnya bahan baku utama (daging) dan bumbu tambahan bahan bakso seperti,”ujar Bambang Hariyanto Sekrtetaris Papmiso.
Di pasaran, terpantau harga bahan baku Bakso masih tergolong tinggi, diantaranya Harga Daging Sapi Segar Rp 130.000/kg, Daging Sapi beku Rp 80.000/kg, Harga Ayam Rp 32.000/kg, Harga Cabe Rawit Rp 85.000/kg, dan belum lagi tingginya bumbu-bumbu perlengkapan bakso lainnya.
Kenaikan harga daging sapi pada saat ini mengagetkan semua pihak. Karena biasanya kenaikan harga daging sapi itu terjadi pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, dan menjelang hari Natal serta Tahun Baru. Itupun tidak berlangsung lama, biasanya setelah perayaan Hari Besar itu harga segera normal kembali. Kalo saat ini harga daging sapi mencapai Rp 130.000/kg, maka dikawatirkan Pas Hari Raya Idul Fitri Harga bisa mencapai Rp 150.000/kg. Ini bisa menjadi harga daging sapi Tertinggi di dunia.
Kondisi stabilitas harga daging sapi yang tidak kunjung normal ini, maka pengurus Papmiso (Paguyuban Pedagang Mie dan Bakso Indonesia) melakukan Audiensi dengan Teten Masduki selaku Menteri Koperasi & UKM RI, dengan didampingi oleh Anggota DPRD Kabupaten Bekasi Fraksi PDI-P Nyumarno, SM.
“Alhamdulillah Pak Menteri menerima kami dengan hangat dan terbuka. Kami pengurus sangat terharu, baru kali ini pedagang bakso diterima dgn sangat baik di kantor Kementerian Koperasi & UKM RI.Pak Teten Masduki mendengarkan semua keluh kesah dan jeritan dari perwakilan pedagang mie dan bakso. Baik dari mahalnya harga daging sapi, harga ayam, cabe hingga tentang permasalahan program BPUM atau program bantuan lain dari Kementerian Koperasi & UKM RI,” beber Bambang, Rabu (27/01/2021).
Sementera itu Menteri Teten berjanji akan membantu mencarikan solusi atas permasalahan sebagian besar pedangan bakso. Yang mana mayoritas pedagang bakso adalah pelaku UKM. Teten juga akan membantu memfasilitasi Koperasi PAPMISO untuk dapat kerjasama dengan para peternak sapi lokal di daerah-daerah, yang mana bertujuan untuk mensuplai bahan baku untuk para pedagang bakso. Karena daging sapi lokal berkualitas baik dan paling bagus untuk membuat bakso.
Teten juga mendorong pedagang bakso untuk mengoptimalkan pemenuhan daging sapi lokal dari pada Indonesia selalu tergantung pada Import dari negara lain, meskipun data secara nasional akan kebutuhan daging, belum sepenuhnya terpenuhi dari peternak lokal.
Nyumarno mengatakan, dirinya turut hadir mendampingi Audiensi PAPMISO dengan Kementerian Koperasi dan UKM RI dikarenakan banyaknya keluhan para pelaku UKM khususnya pedagang Bakso yang terdampak kenaikan harga daging dan dampak pandemi covid-19. Dirinya menyarankan rekan-rekan PAPMISO untuk berkirim surat ke Kementerian Koperasi dan UKM RI juga ke Kementerian Perdagangan untuk menyikapi keluhan-keluhan tersebut.
Papmiso berkirim surat ke Kemenkop dan UKM RI pada tanghal 20 Januari 2021 yang lalu, saat setelah hari pertama pedagang daging mogok jualan. Hal tersebut berampak kepada UKM Pedagang Bakso, mereka kesulitan mendapatkan daging sebagai bahan baku utama bakso. Saya sangat mengapresiasi langkah cepat Pak Menteri Koperasi dan UKM RI yang dengan cepat merespon Surat Permohonan Audiensi dari PAPMISO, PAPMISO diundang oleh Kementerian Koperasi dan UKM RI pada Selasa, 26 Januari 2021 kemarin.
Dalam pertemuan tersebut, ada 3 (tiga) hal prinsip yang disampaikan rekan-rekan PAPMISO, Pertama, rekan-rekam UKM Pedagang Mie dan Bakso berharap dapat mengakses bantuan BPUM dan atau program lain seperti LPDB atau bantuan permodalan dari Kemenkop dan UKM RI. Kemudian yang Kedua, rekan-rekan yang sudah memiliki Koperasi Produses sejak tahun 2007 ini berharap dapat di fasilitasi oleh Kementerian Koperasi dan UKM RI untuk bekerjasama dengan peternak-peternak Sapi lokal di daerah, dan yang Ketiga: rekan-rekan meminta difasilitasi untuk dihubungkan dengan BULOG, agar saat membeli daging impor bisa langsung ke BULOG, tidak harus melalui tangan-tangan oknum lagi.
Tiga hal yang disampaikan Pedagang Bakso kepada Menteri Koperasi dan UKM RI menjadi catatan penting yang akan segera menjadi tindak lanjut Kemenkop dan UKM RI. Menteri Teten langsung meminta Deputi dan Staff Khusus Menteri untuk mencatat dan segera melakukan upaya-upaya tindak lanjut atas permohonan pedagang Bakso.
“Saya juga menerima masukan adanya keluhan kaitan masih banyaknya masyarakat yang belum menerima BPUM, seperti ojek online (ojol), ojek pangkalan (opang), dan para pekerja seni dan budaya yang tidak bisa tampil di masa pandemi covid-19 ini. Mohon agar diberikan kesempatan untuk dibuka kembali program BPUM tersebut, dan pengajuannya dimudahkan melalui Koperasi atau Lembaga-lembaga komunitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu juga turut saya sampaikan keluhan masyarakat yang sudah menerima BPUM, yang rekening penerimanya juga dilakukan pendebitan saldo oleh Pihak Bank, dengan alibi calon penerima dibatalkan oleh Pusat,” pungkas Nyumarno. (*)